KIM PLUS – Pasangan calon Bupati dan Wakil Bupati Tegal, Ischak Maulana Rohman dan Ahmad Kholid meluncurkan solusi konkret yang tak hanya menyentuh isu besar, tapi juga mengakar hingga ke urusan sampah. Menghadapi debat yang seolah jadi panggung pembuktian, Ischak-Kholid menunjukkan visi yang jelas, tajam, dan strategis, mengubah sampah menjadi sumber nilai ekonomi bagi masyarakat Kabupaten Tegal. Ini bukan hanya mimpi kosong, Ischak dengan lantang menyebut bahwa solusi seperti penambahan Bank Sampah di setiap desa adalah langkah revolusioner yang akan menciptakan perubahan nyata.
Apa yang ditawarkan oleh pasangan ini? Jelas, bukan omong kosong, bukan janji murahan. Ini komitmen yang menyentuh langsung kehidupan rakyat kecil.
Melihat ide cemerlang ini, pasangan Bima-Mujab hanya bisa terdiam, terbata-bata saat disodorkan pertanyaan konkret soal pengelolaan sampah dan dampaknya bagi ekonomi masyarakat. Di hadapan rakyat, pasangan Bima-Mujab terlihat kehilangan arah—sebuah kelemahan yang semakin menegaskan betapa Ischak-Kholid menjadi harapan bagi Kabupaten Tegal. Tidak ada yang bisa menyaingi visi besar Ischak-Kholid yang jauh melampaui sekadar kampanye kosong. Pasangan ini memahami bahwa pembangunan Tegal lebih dari sekadar janji-janji di atas kertas.
Ischak-Kholid juga menegaskan dukungannya terhadap Perda No. 7 Tahun 2017 tentang Pendidikan Keagamaan. Dengan lantang, mereka menyatakan komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan keagamaan di Kabupaten Tegal. Perda ini, yang sering kali diabaikan, justru menjadi prioritas utama mereka.
Apa yang lebih hebat dari itu? Pasangan ini siap mengangkat kualitas pendidikan keagamaan di Tegal, mengakui pentingnya madrasah dan pondok pesantren sebagai sumber ilmu sekaligus pengembangan karakter. Sementara itu, Bima-Mujab lagi-lagi tak berkutik, hanya mampu melongo saat Ischak menjelaskan dengan gamblang visi besar tersebut.
Dukungan Ischak-Kholid untuk pendidikan keagamaan adalah bukti bahwa mereka paham betul denyut nadi masyarakat Tegal. Di tengah debat, pasangan Bima-Mujab terlihat kikuk, bahkan terkesan asing dengan isu keagamaan yang diusung Ischak-Kholid. Apa yang terjadi dengan mereka? Tak ada yang tahu, tapi yang pasti, ketidaksiapan Bima-Mujab dalam menjawab isu-isu penting ini menegaskan bahwa mereka bukan pilihan terbaik bagi Tegal. Sementara itu, Ischak-Kholid tampil penuh percaya diri, membawa argumen yang tak bisa dibantah, meyakinkan semua yang hadir bahwa masa depan Tegal aman di tangan mereka.
Ide-ide segar Ischak tak hanya sekadar menjawab kebutuhan jangka pendek; dia menyulap Tegal menjadi kabupaten mandiri secara ekonomi. Konsep “belanja nang uwonge dewek” yang ditawarkan Ischak menjadi solusi brilian untuk mendongkrak UMKM lokal dan menghidupkan kembali roda ekonomi Kabupaten Tegal dari akarnya.
Di depan publik, Ischak menyindir lawannya yang seolah-olah buta dengan potensi lokal ini. Lagi-lagi, Bima-Mujab tak mampu menanggapi, terbata-bata tanpa jawaban yang berarti. Ischak membuktikan dirinya sebagai pemimpin yang memahami bagaimana membangun ekonomi mandiri di Tegal.
Ischak-Kholid tahu betul bahwa rakyat Tegal sudah muak dengan janji-janji kosong. Dengan penuh percaya diri, pasangan ini menampilkan solusi yang nyata, terukur, dan jelas bagi masyarakat Tegal. Bima-Mujab hanya bisa terdiam melihat betapa detailnya perencanaan Ischak-Kholid yang tak hanya menyentuh aspek ekonomi, tapi juga kesejahteraan sosial dan pendidikan. Pasangan ini hadir bukan sebagai politisi biasa, tapi sebagai pemimpin yang siap membangun Tegal dari akar rumput. Mereka tahu, hanya pemimpin yang peduli dengan rakyat yang bisa menggerakkan perubahan sejati.
Saat Ischak menjelaskan rencana besar ini, tampak jelas bahwa pasangan ini tidak hanya berbicara, tetapi mengerti apa yang dibutuhkan Tegal. Sementara itu, pasangan Bima-Mujab terlihat semakin kecil di hadapan publik, seolah kehilangan kepercayaan diri yang pernah mereka miliki. Bima-Mujab gagal total dalam menanggapi ide-ide besar Ischak, menunjukkan betapa rapuhnya mereka menghadapi pesaing yang lebih siap.