Ratusan mahasiswa penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah di Kabupaten Tegal mengikuti kegiatan Sosialisasi Empat Pilar MPR RI, sebuah agenda strategis dalam memperkuat wawasan kebangsaan generasi muda. Bertempat di Aula DPD Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Tegal, Desa Kalisapu, Kecamatan Slawi, acara ini digelar pada Rabu (30/4/2025) dan dipandu langsung oleh Anggota DPR/MPR RI Fraksi PKS, Abdul Fikri Faqih.
Dengan semangat yang menyala-nyala, puluhan mahasiswa hadir memenuhi aula. Sosok Abdul Fikri Faqih, yang juga dikenal sebagai tokoh vokal dalam isu pendidikan dan konstitusi, memulai materinya dengan menekankan urgensi pemahaman terhadap empat pilar kebangsaan: Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika.
“Empat pilar ini bukan sekadar hafalan dalam teks pidato. Ini adalah landasan eksistensi kita sebagai bangsa,” ujar Fikri dengan tegas, membuka materinya di hadapan para mahasiswa yang menyimak dengan saksama.
Ia menjelaskan bahwa konstitusi, dalam hal ini UUD 1945, merupakan hukum dasar tertinggi yang berfungsi sebagai pagar pelindung hak asasi, pengatur kekuasaan negara, serta penjamin keadilan dan kesetaraan bagi seluruh warga.
Pancasila: Kompas Moral Pemuda
Fikri kemudian mengarahkan fokus pada Pancasila, yang ia sebut sebagai “kompas moral” bagi generasi muda. Ia menekankan bahwa Pancasila bukan hanya ideologi negara, melainkan juga panduan hidup yang membentuk karakter dan jati diri bangsa.
“Pancasila membentuk karakter pemuda, memperkuat nasionalisme, dan menjadi bekal untuk menghadapi tantangan global. Di tengah disrupsi digital dan perubahan zaman, nilai-nilai luhur bangsa ini adalah jangkar yang menstabilkan kalian sebagai agen perubahan,” tutur Fikri dengan penuh keyakinan.
Pilar Persatuan dalam Keberagaman
Fikri juga mengupas alasan fundamental para pendiri bangsa memilih NKRI sebagai bentuk negara. Menurutnya, pilihan ini bukanlah tanpa pertimbangan mendalam, melainkan hasil dari kesadaran kolektif bahwa bangsa Indonesia yang majemuk hanya bisa disatukan melalui bentuk negara kesatuan yang terintegrasi dan inklusif.
Sementara itu, semboyan “Bhinneka Tunggal Ika” dijelaskan sebagai perekat identitas bangsa yang plural. “Keberagaman Indonesia adalah anugerah. Tapi tanpa semangat persatuan, keberagaman itu bisa menjadi celah perpecahan. Maka semboyan ini harus kita hayati dan amalkan,” tambahnya.
Menuju Generasi Emas 2045
Di akhir sesi, PKS Tegal menyampaikan pesan penting: generasi muda tidak cukup hanya cerdas secara akademis. Mereka harus memiliki integritas, kepedulian sosial, serta semangat kolaboratif untuk menyongsong visi Indonesia Emas 2045.
“Negara ini akan berada di tangan kalian. Bangun diri kalian dengan pendidikan berkualitas, keterampilan, dan jiwa kepemimpinan. Tapi jangan pernah lupakan akar kalian sebagai bangsa Indonesia,” tuturnya menutup sesi sosialisasi.
Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para peserta. Banyak di antara mereka mengaku mendapatkan perspektif baru mengenai nilai-nilai kebangsaan yang selama ini hanya mereka kenal secara teoritis di bangku kuliah.
“Dari acara ini saya jadi lebih paham bahwa kebangsaan bukan cuma urusan politik atau sejarah, tapi juga soal jati diri dan tanggung jawab kita sebagai anak bangsa,” ujar Rina, salah satu mahasiswa peserta kegiatan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan para penerima KIP Kuliah tidak hanya menjadi insan akademik yang unggul, tetapi juga menjadi pilar moral dan agen perubahan yang siap membangun negeri.