KIM PLUS – Menjelang debat pertama, pasangan calon nomor urut dua Ischak Maulana Rohman dan Ahmad Kholid, berkumpul di Posko Pemenangan mereka, diiringi para relawan setia yang siap mendukung sampai menang. Bukan sekadar persiapan teknis atau strategi debat, tapi berdoa bersama untuk mengingatkan semua bahwa siapapun yang kelak terpilih sebagai Bupati dan Wakil Bupati Tegal haruslah yang terbaik. Ini bukan sekadar formalitas – ini pernyataan tanpa gentar dari Mas Kaji Ischak yang tahu betul bahwa masyarakat Tegal sudah cerdas dan tak butuh propaganda murahan untuk tahu siapa pemimpin sejati.
Ischak-Kholid bukanlah nama baru di kancah politik Tegal, mereka sudah lama menjadi kader partai dalam memberi kontribusi nyata. Dengan dukungan dari mantan Bupati Umi Azizah, mereka berdiri kokoh tak hanya membawa visi yang baru, tetapi juga bertekad melanjutkan program-program yang telah berjalan. Ini jadi garis politik yang tegas bahwa Tegal Luwih Apik bukan hanya slogan tetapi komitmen. Ischak tahu, untuk memimpin, ia tak perlu saling ejek atau kotoran kampanye hitam – cukup menunjukan apa yang mereka tawarkan, dan sisanya akan berbicara dengan sendirinya.
Siapa lagi yang merapat ke kubu SOLID? Keluarga almarhum Ki Enthus Susmono, tokoh tersohor yang begitu dicintai masyarakat Tegal, dengan lugas menyatakan dukungan mereka. Bukan main-main, Ki Haryo Susmono dan Janah secara terbuka memilih pasangan ini. Dengan pengaruh yang masih kuat di kalangan masyarakat, dukungan dari keluarga Enthus jelas merupakan kartu As yang tak bisa diabaikan. Dukungan ini membawa nilai historis dan emosional yang dalam, menjadi sinyal kuat untuk para pendukungnya.
Sebaliknya, Bima-Mujab bisa apa? Dengan dukungan yang minim dan program yang tak jelas, mereka hanya menunggu waktu untuk tersingkir dari percaturan. Tak punya magnet di Tegal, apalagi ketika masyarakat sudah melihat siapa yang siap membangun Tegal dengan gebrakan yang nyata. Di sini, tak ada ruang untuk mereka yang sekadar datang dan pergi tanpa rencana yang konkret.
Para relawan SOLID yang kini bersatu dari berbagai penjuru, membawa satu tekad yakni memastikan Tegal dipimpin oleh mereka yang berpengalaman dan dekat dengan masyarakat. Mereka bergerak tanpa komando membawa nama Ischak-Kholid di setiap sudut kampung dan desa, menjadi penyambung tangan bagi visi besar untuk Kabupaten Tegal. Ini bukan pergerakan sembarangan, ini gerakan terorganisir yang tahu persis siapa pemimpin mereka.
Di sisi lain, Umi Azizah telah menutup ruang bagi rivalitas murahan. Sebagai mantan Bupati, ia memahami betul pentingnya kesinambungan dalam program pembangunan. Dukungan terbukanya kepada Ischak bukan hanya bentuk restu politik, tetapi juga seruan untuk menjaga agar Tegal tetap dalam jalur yang benar. Dengan pengalaman dan kekuatan figur seperti Umi, tak ada satu pun yang mampu menggeser pasangan ini.
Mas Kaji Ischak pun dengan elegan menyatakan bahwa tak perlu ada serangan pribadi dalam Pilkada ini. Ia tidak menyebut nama, tapi semua tahu siapa yang disindir. Pilkada adalah momentum untuk menunjukkan visi dan strategi, bukan sekadar panggung untuk beradu serangan kotor. Ischak-Kholid datang untuk menang, tapi dengan kepala tegak tanpa perlu menodai kampanye mereka dengan kebusukan.
Dengan momentum yang terus mengalir, debat pertama bukanlah sekadar acara, debat ini menjadi penegasan bagi masyarakat Tegal siapa yang pantas duduk di kursi G1. Tanpa basa-basi, masyarakat akan melihat bahwa pasangan SOLID, dengan dukungan tak terbantahkan, satu-satunya pilihan untuk masa depan Tegal.