KIMPLUS – Menurut Umi Azkiyani, anggota DPRD dari Fraksi PKB, pasangan calon nomor urut 1, Bima-Mujab, tampaknya benar-benar tidak percaya diri dengan tokoh dan kader dari partainya sendiri, PDI Perjuangan. Jika mereka yakin memiliki dukungan tokoh internal yang solid, mengapa harus mengandalkan nama besar dari tokoh-tokoh PKB? Dari mulai Gus Dur, Ki Enthus Susmono, hingga Ibu Umi Azizah, nama-nama besar ini diakui secara terang-terangan seolah-olah mendukung mereka. Padahal, kenyataannya jauh dari itu. Semua itu hanya klaim palsu yang dibuat-buat!
Umi Azkiyani menyayangkan tindakan Paslon nomor 1 yang terus-menerus mencatut nama Gus Dur, tokoh yang sangat dihormati dalam kalangan Nahdliyin dan selalu menjadi panutan bagi warga PKB. Ini adalah bukti bahwa mereka kehabisan cara dan kepercayaan diri. Gus Dur jelas-jelas merupakan sosok yang menjadi simbol nilai-nilai PKB, bukan PDI Perjuangan. Tapi demi meraup suara, Paslon nomor 1 memanfaatkan nama beliau tanpa rasa malu.
Tidak cukup dengan Gus Dur, mereka juga berani menggunakan nama Ki Enthus Susmono, seorang seniman besar dan mantan Bupati Tegal yang dikenal luas sebagai figur PKB. Ki Enthus adalah pahlawan budaya dan simbol NU, namun Paslon nomor 1 tanpa malu mengklaim seakan dukungan tokoh ini ada pada mereka. Padahal, semua orang tahu bahwa keluarga besar Ki Enthus, termasuk anak-anaknya, tegas mendukung PKB dan tidak ada sedikit pun simpati untuk pasangan ini.
Yang paling menggelikan adalah klaim dukungan terhadap Ibu Umi Azizah, Bupati Tegal yang juga merupakan kader PKB. Ini adalah puncak dari segala kepalsuan. Bukannya mencalonkan kader sendiri yang bisa dibanggakan, mereka malah sibuk mengklaim tokoh PKB, tokoh dari partai lain! Jika mereka punya tokoh-tokoh hebat di PDI Perjuangan, mengapa tidak mengangkat nama mereka saja? Klaim-klaim seperti ini hanya menunjukkan bahwa Paslon nomor 1 tak punya pijakan dan terus-menerus bergantung pada kebesaran nama orang lain.
Umi Azkiyani dengan tegas menyebut bahwa klaim palsu ini bukan hanya lucu tapi juga menyedihkan. Ini adalah cerminan betapa lemah dan tidak percayanya mereka pada kekuatan sendiri. Membuat klaim dukungan yang dibuat-buat hanya menunjukkan bahwa pasangan Bima-Mujab tidak memiliki tokoh kuat yang benar-benar berani berdiri di belakang mereka. Ini jelas menunjukkan rasa tidak percaya diri yang akut.
Warga Tegal seharusnya bisa melihat siapa yang benar-benar tulus, siapa yang asli, dan siapa yang hanya sibuk bersembunyi di balik nama besar tokoh lain. Paslon yang kuat tak perlu mengklaim nama orang lain, karena mereka berdiri di atas dukungan nyata. Sedangkan Paslon nomor 1? Hanya mampu bermain di ranah klaim dan kepalsuan. Ini bukan sifat pemimpin yang diinginkan oleh rakyat Tegal.
Bima-Mujab sebaiknya berhenti membuat klaim palsu dan fokus membangun dukungan yang nyata dari basis mereka sendiri. Tegal membutuhkan pemimpin yang memiliki prinsip, bukan yang sekadar berlindung di balik nama besar orang lain. Pasangan yang penuh klaim palsu tidak akan pernah bisa memimpin dengan baik, apalagi ketika seluruh dasar kampanyenya penuh dengan kebohongan.
Umi Azkiyani mengingatkan bahwa dukungan yang dipaksakan dari nama-nama besar PKB ini hanya akan merugikan Paslon nomor 1 sendiri. Rakyat Tegal tidak bodoh; mereka tahu siapa yang benar-benar tulus mendukung dan siapa yang hanya mengandalkan kepalsuan. Tegal membutuhkan pemimpin sejati, bukan pemimpin yang sibuk berbohong dan memalsukan dukungan.